Jumat, 24 Februari 2017

KIPRAH LA DI LEMBAGA ADAT TOLAKI

Pengukuhan LA sbg Ketua LAT
Mungkin banyak yang tak sempat mengetahui peran awal LA di tahun 1999 dalam proses penjajakan awal menjelang pembentukan organisasi paguyuban resmi masyarakat hukum adat Tolaki bertajuk Lembaga adat Sseandainya ada dana sedikit, coba bapaknya Arni bikinkan kita acara symposium adat untuk mengagas rencana mengimplementasikan gagasan mendirikan lembaga adat Tolaki…”.
araano Tolaki (LAST) yang kemudian mengalami pergantian nama menjadi Lembaga Adat Tolaki (LAT). Ketika itu masih menjabat sebagai Kepala Dinas P dan K, LA ditemui oleh ayahanda Muslimin Su’ud di ruang kerjanya untuk membicarakan gagasan menyelenggarakan symposium adat Tolaki untuk pertama kalinya di Unaaha. Dalam pembicaraan itu, Ayahanda Muslimin Su’ud sempat mengisahkan perjalanan panjangnya berdiskusi dengan para pejabat dan tokoh masyarakat Tolaki sejak era Bupati Andry Djufry, Anas Bunggasi hingga era Rasak Porosi terkait gagasan mereka membentuk sebuah lembaga adat yang dapat mereprentasekan eksistensi dan dinamika social masyarakat hokum adat tolaki yang tersebar dari wilayah Kota Kendari, Kabupaten Kendari hingga Kabupaten Kolaka. Sayangnya, kata ayahanda Muslimin Su’ud, “…

Mendengar cerita panjang dan permintaan Ayahanda itu, LA langsung  beri respon. Ia bahkan tertekad untuk membantu mengimplementasikan gagasan lama yang diceritakan ayahanda Muslimin Su’ud tadi. Beberapa hari kemudian, LA mencarikan pos dana untuk menyelenggarakan kegiatan Simposium Adat. Setelah mendapat celah memperoleh dana pada pos anggaran Pengembangan Adat Istiadat dan Budaya di Dinas P dan K, waktu itu dana yang tersedia tinggal Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), ia kembali menghubungi ayahanda Muslimin untuk membicarakan persiapan secukupnya, acara symposium adat yang dihadiri para sesepuh dan wakil-wakil tokoh adat asal Kendari, Unaaha dan Kolaka itu pun antara lain menghasilkan rekomendasi pelaksanaan musyawarah adat dalam rangka pembentukan organisasi lembaga adat Tolaki.

Menindaklanjuti hasil pelaksanaan symposium adat tersebut, pada awal Maret 2000, LA mengajak ayahanda Muslimin Su’ud untuk bersama-sama menemui Bupati RAsak Porosi guna membicarakan rencana pelaksanaan musyawarah adat. Setelah menerima penjelasan seperlunya dari LA dan ayahanda, Rasak Porosi pun menyetujui rencana itu dan memerintahkan LA untuk segera menyiapkan dana pelaksanaan acara musyawarah adat pertama dari APBD Kendari tahun anggaran 2000. Rasak Porosi kemudian menunjuk LA sebagai ketua dan ayahanda Muslimin Su’ud sebagai Sekretaris panitia Pelaksana.

Kamis, 23 Februari 2017

MENUNTUT ILMU HINGGA MERAIH DUA GELAR DOKTOR

Dr.H.LUKMAN ABUNAWAS,SH.M.Si
Pada masa2 SMA disekitar tahun 1973, atas perintah LA HALIL Guru Silat Karate kon'dau-nya, suatu hari LA pernah berdiri diatas dua bilah ta'awu (parang khas Tolaki) selama berjam-jam dibawah terik matahari di pinggir kali Andaroa. Waktu itu, oleh gurunya, LA diberi kesempatan untuk mempelajari ilmu kebal (kabala). Usai merampungkan tahap berdiri diatas Ta'awu, LA lalu diperintahkan untuk terjun dan berendam di air sungai Andaroa selama berjam-jam. Dua tahapan itu dilalui LA dengan gigih, hingga akhirnya ia berhasil menyelesaikan sesi latihan itu dengan baik tanpa halangan sedikitpun......
Kembali ke masa SMA nya, LA juga dikisahkan pernah beberapa kali tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Kadang tanpa diketahui seisi rumah, LA ternyata sering menyebrang ke pulau Wawonii dengan menaiki kapal kayu untuk menjumpai Pamannya Arifuddin Djohansyah (cama Wawonii waktu itu). Ternyata LA ke Wawonii untuk mempelajari ilmu Kanuragan pada seorang guru di Lampeapi.....
Keputusan LA untuk merantau ke Makassar tahun 1976 setelah tamat SMAN 1 Kendari, sesungguhnya didorong oleh obsesi tunggal untuk melanjutkan pendidikan. Ia masuk ke STIALAN Makassar setelah sebelumnya gagal lanjut ke APDN karena alasan ekonomi. Di APDN, LA hanya sempat kuliah selama sebulan, untuk kemudian berhenti karena terpaksa mengikuti kegiatan di SPPH (Sekolah Pembantu Penilik Higienis) sebagai syarat untuk menjadi CPNSD di Pemprov. Sulsel. LA masuk ke STIALAN setelah berstatus sebagai PNS dan ditempatkan di Pemda Maros. Di STIALAN, LA kuliah dalam kondisi keuangan yang pas-pasan karena disaat yang sama, dengan modal gaji PNS biasa golongan II/a, ia harus pula menghidupi anak istrinya di rumah kontrakan mereka di Maros. Namun, dengan bermodalkan kegigihan, ia akhirnya dapat menyelesaikan pendidikannya di STIALAN dengan gelar BA (Bachelor of Art).

ANALISIS PROGRAM PERMATA


Istilah kebijakan (policy) serigkali penggunaanya salaing dipertukarkan dengan istilah tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan rancangan-rancangan besar (Wahab, 1997). Kebijakan pada intinya adalah sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini boleh jadi sederhana atau kompleks, kualitatif atau kuantitatif, khusus atau umum, luas atau sempit, serta publik atau privat.
Sejalan dengan itu, Frederick (dalam Islamy, 1997) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Sebuah kebijakan tentunya berasal dari adanya sebuah masalah publik yang perlu dicarikan jalan keluar oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan publik. James E. Anderson (1979) mengatakan masalah publik sebagai suatu kondisi atau situasi yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan pada rakyat, sehingga perlu dicarikan cara-cara penanggulangannya. Kemudian Dunn (1998; 210-213) menambahkan bahwa masalah publik sebagai kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, kesempatan-kesempatan yang tidak terealisir dan hanya dapat dicapai melalui tindakan kebijakan publik.

Rabu, 22 Februari 2017

PROFIL LUKMAN ABUNAWAS THN 2014

Nama Lengkap : Dr H. Lukman Abunawas, SH
Alias                 : Lukman
Profesi              : Birokrat
Agama              : Islam
Tempat Lahir   : Kendari, Sulawesi Tenggara
Tanggal Lahir   : 11 September 1958
Zodiac               : Libra
Hobby               : Membaca | Traveling
Warga Negara  : Indonesia
 
BIOGRAFI
Birokrat Sejati " Sekretaris Daerah Prov. Sultra Dr H. Lukman Abunawas, SH. M.Si lahir di Kendari 11 September 1958. Lukman adalah putra mantan Bupati Kendari Abunawas dan ibunya Hj ST Juhariah. Terlahir dari keluarga pejabat, Lukman tetap berkepribadian low profil. Mewarisi bakat kepempinan ayahnya, bahkan meneruskan jejak almarhum Abunawas menjadi Bupati Kabupaten Kendari/Konawe.
Hj. Yati Lukman,S.Ip
Menikah dengan Hj Yati Lukman pada tahun 1977, dikaruniai lima orang anak yakni tiga putri dan dua putra. Masing-masing Arniwaty Abunawas SE M.Si istri dari Wakil Bupate Konawe sekarang, Isnawaty Abunawas ST. MM, Andry Abunawas SH. MH, Ardiansyah, S.ip yang ke empat putra putri Lukman telah mandiri dan memilih karir sebagai PNS. Putri bungsunya Fatimah Azzahra masih duduk di bangku kelas V SD.

Mantan penguasa Konawe yang akrab disapa LA ini mengawali Karir PNS 1 Juni 1976 di Pemda Kabupaten Maros Sulsel. Tahun 1983 pindah di Pemprov Sultra saat itu masih golongan II b. Naik golongan III a tahun 1986 LA menjadi pelaksana Kasubag dokumentasi di kantor BP7. Kemudian pindah di Pemda Kabupaten Kendari tahun 1988 dan mendapat amanah jadi Sekwilcam Kecamatan Wawotobi dan pada tahun 1990 menjadi Camat Wawotobi sampai bulan Juni 1996.

Lepas Jabatan Camat Lukman menjadi Kabag Pemerintahan Kabupaten Kendari 1996-1998, lalu di tahun 1998-1999 menjadi Kadis Tata ruang Kabupaten Kendari, menjadi Kadis Diknas Kabupaten Kendari. Selanjutnya 1 April 2013 menjadi bupati Kendari sampai dengan April 2008. Dicintai masyarakat Konawe LA kembali terpilih menjadi Bupati Konawe periode 2008-2013 (terjadi perubahan nomenklatur nama Kabupaten Kendari berubah menjadi Kabupaten Konawe).

Birokrat sejati tepat disandang Lukman Abunawas, memulai karier dari bawah hingga menjabat sebagai pimpinan Birokrasi tertinggi di Sultra dengan pangkat golongan Pembina Utama IV e masa kerja lebih dari 33 tahun.
Menurutnya ada lima hal penting yang harus menjadi pedoman aparat PNS dalam menjankan tugas dan fungsinya yakni patuh pada aturan, disiplin, loyal pada atasan, menjaga citra PNS dengan menghindari perbuatan tercela.

“Pegawai yang mematuhi lima pedoman tadi, Insya Allah akan dipakai kerja oleh pimpinan. Jangan ada PNS yang melakukan tindakan amoral yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan agama. Serta kepada seluruh aparat PNS lingkup Pemprov Sultra untuk bekerja profesional sesuai tupoksinya masing-masing,” tegas Sekda Prov Sultra.

BEBERAPA TANDA PENGHARGAAN Dr.H.LUKMAN ABUNAWAS,SH.M.Si

Kerja keras LA dalam meniti karir di birokrasi dan di panggung politik selama ini ternyata mendapat apreasi dari pemerintah pusat. Hal ini setidaknya terlihat pada beberapa tanda penghargaan yang pernah diraih LA, diantaranya adalah :
1. Penghargaan lomba penghijauan swadaya Dati II Kabupaten Kendari tahun 1990 – 1991
2. Penghargaan pengamatan penyelenggaran percontohan otonomi Dati II Kendari tahun 1996
3. Piagam Menteri Negara Pemuda Olahraga RI tahun 1996
4. Penataran kewaspadaan bagi pemuda tingkat nasional angkatan XVIII tahun 1996
5. Sertifikat membangun wajah perkotaan oleh PWI Pusat tahun 1997
6. Penghargaan badan pembinaan pendidikan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (BP7) Dati I Sultra tahun 1997
7. Penghargaan diklat manajemen berbasis kompetensi tahun 2001
8. Penghargaan Depdiknas RI, Dirjen PLS, Pemuda dan olahraga, program kelompok belajar paket A antara SD dan B setara SLTP mendukung wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun di Kabupaten Kendari tahun 2001
9. Penghargaan sebagai figur pemimpin daerah untuk pembangunan oleh Dharma Indonesia tahun 2004
10. Penghargaan sebagai dosen ilmu kewarganegaraan oleh Mendikbud RI bersama Gubenur Lemhanas RI tahun 2004
11. Penghargaan Dharma Karya 2004 sebagai Bupati terbaik tingkat nasional tahun 2004
12. Piagam Gubernur Lemhanas RI sebagai alumnus tahun 2004
13. Penghargaan Satya Lencana Karya XX oleh Presiden RI tahun 2004
14. Penghargaan prestasi dan pengabdian masyarakat pembangunan daerah oleh Citra Karya Abdi Pembangunan tahun 2005
15. Piagam Satya Lencana Legiun Veteran RI tahun 2005
16. Piagam terbaik I tingkat Sultra lomba penghijauan dan konservasi alam oleh Departemen Kehutanan RI tahun 2007
17. Penghargaan Satya Lencana Karya XXX oleh Presiden RI tahun 2011
18. L.A Mendapatkan Pengakuan/Penghargaan dari Pemerintah / Presiden RI 3 Kali berturut-Turut atas upayanya Menjadikan Kab.Konawe sebagai Lumbung Pangan Sultra & Nasional.
19. L.A Juga mendapatkan Pengakuan/Penghargaan dari Pemerintah/ Presiden RI dibidang UPAH KARTI dalam Pembangunan di Bidang industry kecil & Koperasi "Saat menjadi Bupati Konawe"
20.L.A Juga mendapatkan Pengakuan /Penghargaan dari Pemerintah /Presiden RI dalam Pembangunan dibidang Sektor Pertanian ( Perkebunan, Peternakan, Beras, Dll di bidang pertanian) "saat menjadi Bupati Konawe.
21. L.A juga mendapatkan pengakuan / Penghargaan dari Pemerintah RI (Menko Kesra) Dalam Pembangunan di Bidang Keagamaan "Saat menjadi Bupati Konawe

MASA KECIL HINGGA BERANJAK REMAJA

H.Lukman Abunawas & Hj. Yati Lukman
Warga kampung Wawotobi di tahun 1958-an ketika itu sedang dicekam perasaan takut akibat invasi gerombolan DI/TII yang melakukan pembakaran kampung-kampung orang Tolaki mulai dari belantara Latoma, Lambuya, lalu ke-pemukiman warga di Wawotobi hinga ke wilayah Pondidaha. Waktu itu, Asisten Wedana Wawotobi – Abunawas – tak bisa berbuat apa-apa menghadapi gerombolan bersenjata DI/TII karena markas TNI terkonsentrasi jauh di Makassar dan di Kendari, apalagi ketika itu istrinya sedang hamil tua. Di tengah situasi mencekam itu, tepatnya pada tanggal 11 September 1958, di kampung Inalahi atau lebih dkenal dengan istilah kambo dawa, Siti Djuhariah – istri kedua Abunawas - melahirkan seorang putra yang lalu diberi nama Lukman Abunawas (LA). Menghindari suasana mencekam di Inalahi, Abunawas mengungsikan keluarganya (termasuk LA) ke kampung Palarahi selama setahun.

Pada usia yang masih bayi (satu tahun), LA diboyong kedua orang tuanya ke Kolaka menyusul pengangkatan ayahnya – Aboenawas – sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Kolaka. Tinggal di rumah pamannya –Tahir – suami dari kakak tertua Almarhum Andry Djufry (mamanya Suri), si-kecil LA berada dalam buaian kasih sang ibu yang selama setahun penuh menemani sang suami bertugas di Kolaka.

Di penghujung tahun 1960, dari Kolaka, si kecil LA kembali diboyong kedua orang tuanya ke-Kendari dan menempati sebuah rumah sederhana di desa Lahundape (sekarang berstatus kelurahan). Saat itu, sang ayah Aboenawas mendapat posisi baru sebagai kepala Badan Pemerintah Harian (BPH) Kendari hingga tahun 1968. Tiga tahun bermukim di desa Lahundape, memasuki usia yang ke-5 tahun atau tepatnya pada tahun 1963, LA mengikuti kedua orang tuanya pindah rumah ke perumahan kantor daerah di desa Kemaraya (sekarang kelurahan Watu-Watu). Di rumah Dinas yang setelah beberapa tahun kemudian berubah status menjadi milik pribadi sang Ayah itulah, LA melewati masa kecilnya di tengah suasana warga sekitar yang umumnya beretnik Tolaki dan Torete.
Tahun 1964, di usianya yang menjelang 7 tahun, LA yang waktu itu sering dipanggil dengan nama Tore, dimasukkan ke SD Negeri Kemaraya. Tumbuh sebagai anak bertubuh atletis, lincah dan sedikit nakal, LA di masa itu sering bermain bola lemon bersama teman-temannya di sela-sela pepohonan hutan semak. Selain bermain bola, LA di masa kecilnya juga punya hobby memanjat pohon. Di tengah keranjingan bermain bersama teman-temannya itu, LA pernah mengalami nasib sial di usianya yang ke-8 tahun atau di saat duduk di bangku SD kelas II. Di awal tahun 1966 ketika itu, bertepatan dengan pembangunan rumah dinas Gubernur Sultra yang terletak tak jauh dari rumahnya di Watu-Watu, saat sedang asyik bermain di bawah pohon nangka, tubuh LA tiba-tiba tertimpa sebuah batang kelapa berukuran cukup besar yang rubuh dari arah atas kepalanya menembus dedaunan pohon nangka. Spontan LA mengalami luka di sekujur tubuhnya hiingga mengalami patah tulang di bagian kaki. Sang ibu yang sempat histeris mengetahui kejadian itu, langsung melarikan LA ke rumah sakit Abunawas di Kota lama. Di tempat ini, LA sempat menjalani masa opname selama tiga bulan.

Setelah melewati musibah itu, tahun-tahun berikutnya berada di bangku sekolah dasar, LA diceritakan bertambah rajin belajar. Ia beberapa kali menjadi juara 1 di kelas. Kecerdasan LA terutama ttergambar saat berada di kelas IV. Saat hendak memasuki kelas berkutnya, oleh wali kelasnya ketika itu, LA langsung digenjot untuk duduk di kelas VI tanpa melalui kelas V.
Tamat SD tahun 1969, atau setahun setelah sang ayah menjabat sebagai Bupati Kendari, LA masuk ke SMP Negeri I Kendari di tahun yang sama. Selain tekun belajar atas dorongan keras sang ibu yang juga seorang guru, sebagaimana kebiasaan sebelumnya di bangku SD, LA sangat hobby bermain bola. Di jam-jam keluar main, LA hampir tak pernah luput bermain bola bersama teman-temannya di halaman bagian dalam bangunan sekolah. Naik ke bangku SMP kelas III, LA mulai berkenalan dengan seni beladiri. Bersama beberapa teman sekelasnya, termasuk Nurlan Samad, mantan camat Sampara, LA mengikuti latihan Karate Kontau (ketika itu populer dengan sebutan KK) pada seorang guru di desa Andaroa bernama La Hali. Sejak saat itu hingga tahun-tahun sesudahnya, bahkan hingga sekarang saat buku ini ditulis, LA dikenal sangat aktif mengikuti berbagai sesi latihan seni beladiri, utamanya karate.

Masuk ke SMA Negeri 1 Kendari setelah tamat SMP tahun 1972, atas dorongan sang Ayah yang tengah menjabat sebagai Bupati Kendari, LA mulai aktif dalam berbagai kegiatan organisasi di sekolah dengan menjadi pengurus inti OSIS. Selain itu, ia juga masuk menjadi anggota dan aktif dalam berbagai kegiatan Pramuka. Mengikuti event-event camping (berkemah) dan jelajah hutan (cross-country) ke daerah pegunungan dan pesisir laut, menjadi kegiatan yang paling digandrungi LA selama menjadi siswa SMA Negeri I Kendari. Di sekolah ini, ia juga berlajar berpidato dan berinteraksi dengan rekan-rekannya dari berbagai daerah asal, seperti dengan Insana Maliki (sekarang Sekda Buton), Abdullah Mundu, Andrias Sikata, Syam Abdul Jalil hamra (mantan Ketua KPU Kota Kendari) dan lain-lain.